NAMA : DIAH BUDIASIH
NPM : 22211010
KELAS : 4EB05
TUGAS SOFTSKILL KE-4
OPINI TENTANG JOB SEEKER DAN JOB CREATOR
Banyak sekali pilihan dalam hidup ini yang membuat kita terbentur
pada pilihan yang rumit. Hal ini berlaku untuk apapun. Well saya merujuk pada
suatu malam di mana saya melihat dan mendengar betapa bahagianya mereka para
pemuda pemudi bangsa yang telah menyelesaikan studynya di universitas. Sebuah
penantian yang ditunggu akhirnya berbuah manis, namun apakah lulus adalah akhir
dari sebuah perjuangan? Saya pikir tidak.
Kita boleh bahagia dan merayakan keberhasilan tersebut, namun
jangan terlena dengan itu. Saya teringat dengan salah satu quote : "In
every ending there is a new beginning of the next up". Setiap akhir suatu
cerita pasti menjadi awal bagi cerita baru dalam hidup kita. Beban baru
senantiasa kita sandang ketika satu tugas telah rampung. So, buat yang baru
tamat sekolah ataupun kuliah, welcome to the real world.
Inilah saat di mana idealnya kita memulai untuk independen,
baik dalam hal membuat keputusan, menanggung biaya hidup, memilih cara hidup,
dan juga pekerjaan. Well, saya fokus kepada pekerjaan. Ada dua pilihan, being a
job seeker or a job creator. Jawabannya ada di diri kita masing-masing.
- Job Seeker
Ketika kita memilih menjadi job seeker, maka kita kembali
dihadapkan pada pilihan jenis pekerjaan. Apakah jenis pekerjaan yang kita
inginkan? Linear dengan ilmu yang kita pelajari atau justru sebaliknya.
Keduanya baik dan punya konsekuensi masing-masing.
Pekerjaan yang linear
dengan ilmu yang sebelumnya kita pelajari memberikan kita kesempatan
untuk mengaplikasikan langsung ilmu tersebut serta dapat mengembangkannya
dengan lebih real. Pekerjaan seperti ini lebih mudah untuk kita beradaptasi
karena kita telah memiliki ilmu basicnya.
Berbeda halnya dengan jenis pekerjaan yang tidak linear
dengan disiplin ilmu kita. Di sini penuh tantangan dan dibutuhkan kecakapan
untuk belajar dengan cepat serta tekanan yang lebih besar. Meski demikian,
pekerjaannya akan memberikan pengalaman baru serta ilmu baru bagi kita. Modal
utamanya adalah kemampuan untuk beradaptasi, bersosialisasi, berkomunikasi,
fast learner, serta keinginan yang kuat untuk menaklukan setiap hal yang
notabenenya baru bagi diri kita.
Setelah memilih jenis pekerjaan (linear atau tidak linear
dengan disiplin ilmu kita), hal berikutnya yang akan kita hadapi adalah jenis
instansi/kantor tempat di mana kita akan bekerja. Pemilihan tempat untuk
bekerja tidaklah mudah karena kita dihadapkan pada keterbatasan kesempatan
kerja dan jumlah instansi yang ada untuk menampung kita. Dalam hal ini, sebagai
generasi muda, umumnya akan sangat labil. Ada yang memilih tempat kerja (dan
juga pekerjaannya) karena gengsi dan adapula karena kesenangan hati. Keduanya
sangat bertolak belakang dan konsekuensinya tidaklah mudah. Jujur saja, pada
umumnya kita memilih pekerjaan karena mengedepankan gengsi, bukan hati. Kita
bekerja demi prestise (penilaian orang lain). Kita mengabaikan suara jiwa (baca
hati). Inilah mengapa bekerja menjadi momok yang justru membuat kita berujung
pada stress. Karena kita tidak menikmati pekerjaan itu. Bagi saya, being happy
is my priority. Kalau kita senang, maka pekerjaan pasti dapat diselesaikan
dengan baik. Dan ketika pekerjaan diselesaikan dengan baik, berarti kita
memberikan yang terbaik. Ini tentu akan membuat kita lebih puas dan secara
tidak langsung peningkatan karir akan datang dengan mudahnya, bahkan tanpa di
duga-duga.
Kebahagian menjadi
seorang job seeker lebih bersifat individu, kalaupun mau kita perluas,
paling jauh yakni kebahagian keluarga kita. Karena hasil dari pekerjaan kita
hanya dapat dirasakan oleh diri kita dan keluarga saja. Namun being a job
seeker bisa jadi sebuah langkah awal untuk belajar hingga kita menemukan
kepercayaan diri to start our own business (being a job creator), isnt it?***
- Job Creator
Sebagai generasi muda, saya pikir being a job creator justru
lebih mulia. Ingat ada istilah "yang muda yang dipercaya". Secara
eksplisit ini menegaskan bahwa terbuka peluang yang luas bagi kawula muda untuk
berkarya, untuk menjadi pemberi solusi, untuk menjadi penerang. Dan untuk itu kita
harus menjadi seorang creator. Butuh kreatifitas dan keberanian.
Menjadi job creator tidak sulit, meski tidak pula dibilang
mudah. Kita dihadapkan pada tantangan untuk sukses dan gagal yang pointnya
sama, yakni 50:50. Tapi dengan perhitungan dan analisa yang tepat justru bisa
dibuat menjadi 99 : 1. Semuanya kembali kepada personalnya dan seberapa matang
dirinya dalam membuat analisa atas rencananya. Ini sangat mungkin terjadi
dengan berbekal ilmu secara teori serta tidak segan untuk belajar dari
pengalaman para pendahulu.
Next, menjadi job creator berarti mengurangi pengangguran
karena kita dapat membuka peluang kerja bagi orang lain. So, satu langkah
justru bisa menjadi berkah bagi banyak pihak.
Apapun pilihan kita, baik menjadi a job seeker or a job
creator, pastikan kita menjadi personal yang totally dalam menjalaninya.
Sehingga setiap benturan akan tampak sebagai kerikil untuk dilewati, bukan
dikeluhkan. Mari kita bekerja dengan hati, bukan mengedepankan gengsi.
Dengan rendahnya
tingkat keinginan para lulusan terdidik (diploma dan sarjana) untuk
berwirausaha, maka jumlah lapangan pekerjaan semakin sempit sedangkan
jumlah pengangguran semakin meningkat. Untuk itu perlu adanya sinergi dan
dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkan minat para generasi muda
berwirausaha sehingga mereka dapat menciptakan lapangan kerja sendiri dan orang
lain yangmana nantinya dapat mengurangi jumlah penggangguran terdidik di Indonesia.
Diharapkan dengan adanya minat para lulusan perguruan tinggi untuk mandiri,
berwirausaha maka akan meningkat pula aktivitas entrepreneurial (berwirausaha)
sehingga dapat tercipta bisnis baru, peluang pekerjaan dan berkurangnya
penggangguran.
Perbedaan yang dapat dilihat pada saat jadi pengusaha dan menjadi karyawan yaitu:
Pengusaha:
- membuka lapangan pekerjaan
- mandiri + independen
- bebas
- lebih kreatif dan dinamis
- membuka lapangan pekerjaan
- mandiri + independen
- bebas
- lebih kreatif dan dinamis
Karyawan :
- terikat waktu dan tugas
- gak independen
- terkungkung dan terkekang
- hanya jadi "pelayan" bagi atasan
Next,
menjadi job creator berarti mengurangi pengangguran karena kita dapat
membuka peluang kerja bagi orang lain. So, satu langkah justru bisa menjadi
berkah bagi banyak pihak.